Rabu, 21 November 2012

asuhan keperawatan apendisitis



BAB I
Pendahuluan


1.1  Latar belakang
Appendiks merupakan suatu bagian sepertoi kantong yang non fungsional dan terletak di bagian inferior seikum (smeltzer, 2002).
Berdasarkan data WHO tahun 2005 didapatkan bahwa jumlah penderita apendiksitis berjumlah sekitar 50 %. Adapun jumlah penderita penyakit apendiksitis pada tahun 2009 di Indonesia berjumlah sekitar 27% dari jumlah penduduk Indonesia, di Kalimantan Timur berjumlah 26% dari jumlah penduduk di Kalimantan Timur, di Samarinda berjumlah 25% dari jumlah penduduk Samarinda.
Penyakit radang usus buntu ini umumnya disebabkan oleh infeksi bakteri, namun faktor pencetusnya ada beberapa kemungkinan yang sampai sekarang belum dapat diketahui secara pasti. Di antaranya faktor penyumbatan (obstruksi) pada lapisan saluran (lumen) appendiks oleh timbunan tinja/feces yang keras (fekalit), hyperplasia (pembesaran) jaringan limfoid, penyakit cacing, parasit, benda asing dalam tubuh, cancer primer dan striktur. Diantara beberapa faktor diatas, maka yang paling sering ditemukan dan kuat dugaannya sebagai penyabab adalah faktor penyumbatan oleh tinja/feces dan hyperplasia jaringan limfoid. Penyumbatan atau pembesaran inilah yang menjadi media bagi bakteri untuk berkembang biak. Perlu diketahui bahwa dalam tinja/feces manusia sangat mungkin sekali telah tercemari oleh bakteri/kuman Escherichia Coli, inilah yang sering kali mengakibatkan infeksi yang berakibat pada peradangan usus buntu.
Makan cabai bersama bijinya atau jambu klutuk beserta bijinya sering kali tak tercerna dalam tinja dan menyelinap kesaluran appendiks sebagai benda asin, Begitu pula terjadinya pengerasan tinja/feces (konstipasi) dalam waktu lama sangat mungkin ada bagiannya yang terselip masuk kesaluran appendiks yang pada akhirnya menjadi media kuman/bakteri bersarang dan berkembang biak sebagai infeksi yang menimbulkan peradangan usus buntu tersebut.
Pembedahan segera dilakukan, untuk mencegah terjadinya ruptur (peca), terbentuknya abses atau peradangan pada selaput rongga perut (peritonitis).
Pada hampir 15% pembedahan usus buntu, usus buntunya ditemukan normal. Tetapi penundaan pembedahan sampai ditemukan penyebab nyeri perutnya, dapat berakibat fatal. Usus buntu yang terinfeksi bisa pecah dalam waktu kurang dari 24 jam setelah gejalanya timbul. Bahkan meskipun apendisitis bukan penyebabnya, usus buntu tetap diangkat. Lalu dokter bedah akan memeriksa perut dan mencoba menentukan penyebab nyeri yang sebenarnya. Pembedahan yang segera dilakukan bisa mengurangi angka kematian pada apendisitis. Penderita dapat pulang dari rumah sakit dalam waktu 2-3 hari dan penyembuhan biasanya cepat dan sempurna. Usus buntu yang pecah, prognosisnya lebih serius. 50 tahun yang lalu, kasus yang ruptur sering berakhir fatal. Dengan pemberian antibiotik, angka kematian mendekati nol.(medicastore)
Dari fakta diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat asuhan keperawatan pada klien dengan kasus apendiksitis.






1.2        Tujuan penulisan
1.2.1        Tujuan umum
Mengetahui asuhan keperawatan klien dengan apendiksitis
1.2.2        Tujuan khusus
a.       Melakukan pengkajian keperawatan pada dengan  Appendiksitis.
b.      Merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat pada klien dengan Appendiksitis.
c.       Menetapkan perencanaan keperawatan pada klien dengan Appendiksitis.
d.      Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan Appendiksitis.
e.       Melakukan evaluasi tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada klien dengan Appendiksitis.

1.3        Manfaat penulisan
a.       Bagi institusi
1.      Menghasilkan lulusan DIII Keperawatan yang mampu menjalankan tugas dan kewajiban sesuai dengan kompetensi dan moral yang berlaku
2.      Menghasilkan lulusan DII Keperawatan yang mampu menjalankan asuhan keperawatan dengan tanggungjawab sesuai ketentuan.
b.      Bagi rumah sakit
Memberikan penanganan yang baik dan benar pada klien dengan apendiksitis.
c.       Bagi masyarakat
Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang bagaimana cara mengatasi masalah appendiks

1.4       Sistematika penulisan
Penyusunan makalah ini terdiri dari 3 bab dengan urutan sebagai berikut :
Bab I     : pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan       dan sistematika penulisan
Bab II      : tinjauan pustaka terdiri dari konsep dasar apendiksitis dan konsep dasar asuhan keperawatan apendiksitis.
Bab III                : penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.



























BAB 2
Tinjuan Pustaka

A.    Konsep Dasar Apendiksitis
1.      Pengertian
Appendiks merupakan suatu bagian sepertoi kantong yang non fungsional dan terletak di bagian inferior seikum (smeltzer, 2002).
Apendisitis adalah kondisi dimana infeksi terjadi di umbai cacing. Dalam kasus ringan dapat sembuh tanpa perawatan, tapi banyak kasus memerlukan laparatomi dengan penyingkiran umbai cacing yang terinfeksi bila tidak di terawat, angka kematian cukup tinggi, di karenakan oleh peritonitis dan shock ketika umbai cacing yang terinfeksi hancur (Anonim, Apendisitis,2007).
 Apendiksitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing (apendiks). Infeksi ini bisa mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi bertambah parah, usus buntu itu bisa pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian awal usus besar atau sekum. Usus buntu besarnya sebesar kelingking tangan dan terletak di perut kanan bawah. Strukturnya seperti bagian usus lainnya. Namun lendirnya banyak mengandung kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lender (Anonim, apendisitis, 2007).
2.      Anatomi dan fisiologi
Saluran pencernaan berfungsi sebagai penerima makanan dan mempersiapkan untuk diasimilasi oleh tubuh . Saluran pencernaan terdiri atas: mulut, faring, oesofagus, lambung, dan usus halus yang terdiri dari duedonum, yeyunum dan ileum, usus besar : seikum, appendiks, colon desenden , colon tranversum, colon sigmoid, rectum, anus .

a.                  Anatomi Apendiks
Merupakan organ berbentuk tabing, kurang lebih 10 cm dan berpangkal diseikum lumennya sempit dibagian proximal dan melebar dibagian distal apendiks dilapisi oleh lapisan sub mukosa yang mengandung banyak jaringan limfe .
Apendiks diperdarahi oleh arteri apendikular . Pada posisinya yang normal apendiks terletak pada dinding abdomen dibawah titik Mc Burney.
b.                  Fisiologi
Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml perhari lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke seikum. Hambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada patogenesis appendisitis.
Immunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh GALT ( Gut Associated Lymphoid Tissue ) yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks , ialah IgA immunoglobulin ini sangat efektif sebagai pelindung terhadap infeksi. Namun pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh sebab jumlah jaringan limfe disini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah di saluran cerna dan seluruh tubuh.
                                      
3.      Etiologi
a.    Fekalit
b.   Streptococcus
c.    Cacing ascariasis
d.   Hyperplasia jaringan limfe
e.    Trauma daerah abdomen
f.    Adanya fekalit dalam lumen appendiks karena penyumbatan feces, lumen melebar dan mengadakan perangsangan terhadap pembuluh darah.

4.      Tanda dan gejala
Gejala klinis pada appendisitis adalah nyeri perut. Pada mulanya nyeri perut ini hilang timbul seperti kolik dan terasa disekitar umbilicus, bila penderita platus atau BAB rasa sakitnya akan berkurang, bila proses radang telah menjalar ke peritonium parietal setempat, maka akan timbul nyeri local pada perut kanan bawah daerah Mc Burney bila terjadi perforasi untuk sementara rasa sakit ynag hebat diseluruh perut. Anoreksi hampir selalu terdapat dan muntah merupakan hal yang khas.
Biasanya terjadi konstipasi tetapi pada anak-anak dan pada penderita yang appendiks dekat rectum sering terjadi diare. Gejala umum lainnya adalah demam mula-mula demam tidak begitu tinggi tetapi menjadi hiperpireksi bila terjadi perforasi.

5.                              Patofisiologi

-                      Fekalit
-                      Streptococcus
-                      Cacing ascariasis
-                      Hyperplasia jaringan limfe








Peningkatan tekanan intra abdomen



Fekalit


 
Kurang terpaparnya informasi


Sumber informasi kurang



Tekanan pada area lambung


 


Merangsang nervus X (vagus)


 


Modula oblongata (trigerson)


 


Mual muntah












Text Box: Nutrisi kurang dari kebutuhan






 












Merangsang RAS


 


Otak siaga


 


sadar


 





Obstruksi lumen      appendiks


 
Bendungan mucus

Peningkatantekanan intra lumen


 
Aliran limfe terhambat


 


Edema diapedesis bakteri dan ulserasi mukosa







Text Box: Apendiksitis


 



Menstimulasi substansi B,P,L,H


 
Menstimulasi nosiseptor


 
Transmisi

Modulasi

Persepsi


 





Text Box: Intoleransi aktivitas

























Menekan syaraf motorik


 
Kelemahan fisik



       Salah interpretasi informasi
     



 




Stress meningkat
 


Kurang support orang terdekat
 


Koping tidak efektif








 










Terputusnya kontuinitas jaringan



Text Box: Resiko tinggi infeksi


6.      Klasifikasi
Appendisitis dibagi menjadi beberapa klasifikasi yaitu :
a.       Appendisitis akut : yaitu peradangan yang terjadi pada umbai cacing secara mendadak dan meluas melalui peritoneum parietal sehingga timbul rasa sakit yang mendadak.
b.      Appendisitis infiltrat peradangan umbai cacing yang melekat pada dinding perut.
c.       Appendisitis kronis peradangan appendiks yang terjadi secara menahun yang merupakan kelanjutan appendiks infiltrat yang tidak mendapat pengobatan dan perawatan intensif sehingga gejalanya menghilang dan suatu saat akan timbul lagi gejala tersebut.
d.      Appendisitis abses yaitu kelanjutan dari appendicitis kronis yang kurang perawatannya dan  kuman cukup ganas sehingga menimbulkan abses. 

7.Komplikasi
Komplikasi apendiksitis adalah sepsis yang dapat berkembang menjadi : perforasi, abses, peritonitis. Perforasi secara umum terjadi 24 jam setelah nyeri. Gejala nyeri antara lain demam suhu 37,50C–38,50C atau lebih tinggi, penampilan toksik, meningkatnya nyeri, spasme otot dinding perut kuadran kanan bawah dengan tanda peritonitis umum atau abses yang terlokalisasi ileus, demam, malaise, dan lekositosis. (Seymour, 2003).

8.   Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan darah rutin akan menunjukan lekostosis ringan dan hitung jenis bergeser kekiri pada perforasi terjadi lekositosis yang lebih tinggi.
Pemeriksaan urine penting untuk membedakan appendicitis dengan kelainan ginjal, kadang-kadang ditemukan lekosit pada urine penderita appendicitis.
Pemeriksaan photo polos abdomen tidak menunjukan tanda pasti appendicitis tetapi mempunyai arti penting dalam membedakan appendicitis dengan obstruksi usus halus atau batu ureter kanan. Adanya fekolit merupakan hal ini sangat jarang ditemukan udara dibawah diafragma menunjukan adanya perforaasi.

9.Penatalaksanaan
a.    Appendisitis infiltrat.
·   Ukuran kurang dari 5 cm : operasi
·   Ukuran lebih dari 5 cm : konservatif (terapi obat – obatan )
b.   Appendisitis akut :Appendektomi.
c.    Appendisitis perforasi :appendektomi perlaparatomi.
                        Penatalaksanaan Appendektomi.
1)      Tindakan pre operative
Penderita dirawat, diberikan antibiotik dan kompres untuk menurunkan suhu badan penderita. Bilas terlihat adanya gangguan keseimbangan cairan maka segera diberikan cairan parenteral Nacl 0,9 % sesuai dengan keadaan hidrasi, berikan sedatif intramuskular. Daerah perut bawah dan pubis dibersihkan dan dicukur. Premedikasi diberikan 30 menit sebelum rencana dioperasi dilakukan diberikan petidin, sulfas atropin dan DBP.
2)      Tindakan operatif Appendektomi.
3)      Tindakan post operatif.
Observasi tanda-tanda vital untuk mengetahui terjadinya perdarahan didalam. Syok hyperemi dan gangguan pernapasan angkat sonde lambung bila penderita telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah. Kemudian baringkan penderita pada posisi fowler penderita dapat dikatakan baik bila dalam 2 jam tidak terjadi gangguan dan selama itu pasien puasa bila tindakan operasi besar yaitu perforasi atau peritonitis umum maka puasa diteruskan sampai fungsi usus kembali normal, kemudian berikan  minum mulai 15 ml/ jam selama 4-5 jam lalu naikan menjadi 30 ml/jam. Keesokan harinya diberikan makanan saring dan berikutnya makanan lunak. Satu hari pasca bedah penderita dianjuran untuk duduk tegak ditempat selama 2 x 30 menit. Hari kedua pasca bedah dapat berdiri dan duduk diluar kamar hari ketujuh pasca bedah luka operasi dapat di angka dan penderita boleh pulang.
Merawat luka post  appendektomi dengan tehnik aseptik dan anti septic untuk mencegah terjadinya infeksi.

10.        Prognosis
Apendiktomi yang dilakukan sebelum perforasi prognosisnya baik. Kematian dapat terjadi pada beberapa kasus. Setelah operasi masih dapat terjadi infeksi pada 30% kasus apendiks perforasi atau apendiks gangrenosa

B.     Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan merupakan kerangka kerja perawat saat memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Proses keperawatan merupakan pendekatan kerja yang sistematis terorganisasi, fleksibel dan berkelanjutan. Tahap – tahap dalam proses keperawatan saling ketergantungan satu dengan lainnya dan bersifat dinamis dan disusun secara sisematis untuk menggambarkan  perkembangan dari tahap yang satu ketahap yang lain.

1.      Pengkajian
Pengkajian adalah  pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data baik subyek maupun obyek, adapun tujuan pengkajian adalah  memberikan gambaran yang terus menerus mengenai kesehatan pasien.
Pada tahap pengkajian ini ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan antara lain :
a.    Mengumpulkan tentang data pasien
Data dasar adalah data yang menyangkut semua aspek dari pasien yang terdiri dari data – data biografi, keluhan utama, riwayat sebelum sakit, riwayat penyakit sekarang, riwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan lingkungan keadaan psiksosisal dan aspek spiritual biasanya data dasar ini diperoleh pada saat pertama kali perawat kontak dengan  pasien. Sedangkan data yang difokuskan kepada pasien masalah kesehatan pada saat itu adalah:
1)                                                Aktivitas / istirahat dengan gejala malaise.
2)                                                Sirkulasi darah memperlihatkan tanda takikardi.
3)      Eliminasi dengan gejala konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang) serta tanda distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan/tidak ada bising usus.
4)      Integritas ego dengan gejala perasan cemas, takut marah, apatis, faktor-faktor stress multiple , misalnya finansial, hubungan gaya hidup , disertai dengan  tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan peka rangsang, stimulai simpatis.
5)      Makanan / cairan anoreksia , mual/muntah.
6)      Nyeri / kenyamanan dengan gejala nyeri abdomen sekitar epigastrium dan umbilicus yang meningkat berat dan terlokalisasi pada titik Mc Burney ( setengah jarak antara umbilicus dengan tulang ileum kanan ) meningkat karena berjalan, bersin, batuk, atau napas dalam ( nyeri tiba-tiba diduga perforasi atau infark pada appendisitis ). Kalau berbagai rasa nyeri / gejala tak jelas ( sehubungan dengan lokasi appendiks, contoh retrosekal atau sebelah ureter ) dengan perilaku berhati-hati berbaring kesamping atau terlentang dengan lutut ditekuk meningkatnya nyeri pada kuadran kanan bawah karena posisi ekstensi kaki kanan/ posisi duduk tegak, nyeri lepas pada sisi kiri di duga inflamasi peritoneal.
7)      Keamanan tandanya demam biasanya rendah. Pernafasan tandanya takipnea, pernapasan dangkal.
8)      Penyuluhan atau pembelajaran riwayat kondisi lain yang berhubungan dengan nyeri abdomen contoh pielitis acut batu uretra, salpingitis acut,ileitis regional.
2.      Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan didapat setelah data-data yang terkumpul dianalisa, diagnosa keperawatan pada dasarnya adalah kesimpulan dari masalah kesehatan yang dialami klien. Diagnosa keperawatan merupakan uraian atau penafsiran tentang masalah kesehatan dimana perawat dapat menanganinya dalam bentuk tindakan kepeawatan yang ditujukan untuk mencegah, mengatasi atau mengurangi masalah tersebut.
Diagnosa keperawatan menurut NANDA, 2012-2014 yang mungkin muncul pada klien dengan appendiksitis adalah:
a.  Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
b. mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan nyeri
c. defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif
d. Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik ( nyeri )
diagnose yang muncul dengan ksus appendiks menurut rumusan diagnose NANDA antara lain :
a.       Pre operasi
1.      Nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit.
2.      Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual,muntah.
b.      Post operasi
1.      Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera.
2.      Resiko kehilangan volume cairan berhubunmgan dengan asupan cairan yang tidak adekuat.
3.      Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan
4.      Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik
5.      Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif

4.      Perencanaan keperawatan
Pre Operasi
No
Diagnosa
Tujuan dan criteria hasil
Intervensi
1.






























2.
Nyeri akut






























Nutrisi, ketidakseimbangan : kurang dari kebutuhan tubuh
Klien akan dapat melaporkan nyeri berkurang dalam waktu 3 jam dengan criteria hasil :
-          Klien mengeluh nyeri jarang
-          Skala nyeri 4
-          Rileks
-          Selera makan normal
-          Tidak ada bukti nyeri yang diamati
-          Dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam














Klien akan dapat melaporkan asupan makanan dan cairan adekuat dengan criteria hasil :
-          Berat badan meningkat 1 kg
-          Komponen gizi adekuat
-          Menoleransi diet-diet yang dianjurkan








1.         Minta klien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 – 10
2.         Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan efek sampingnya.
3.      Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon klien
4.      Dalam mengkaji nyeri klien, gunakan kata-kata yang sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan pasien.
5.      Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan.
6.      Pemberian analgesic : menggunakan agen-agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri

1.     Identifikasi factor pencetus mual dan muntah
2.     Catat warna, jumlah, dan frekuensi muntah
3.     Instruksikan pasien agar menarik napas dalam perlahan dan menelan secara sadar untuk mengurangi mual dan muntah
4.     Tawarkan hygiene mulut sebelum makan
5.     Berikan obat anti emetic dan / analgesic sebelum makan atau sesuai dengan jadwal yang dianjurkan

Post Operasi
No.
Diagnose keperawatan
Tujuan dan criteria hasil
intervensi
1.































2


























3.
































4.


Nyeri akut































Mobilitas fisik, hambatan

























Defisiensi pengutahuan































Insomnia
Klien akan dapat melaporkan nyeri berkurang dalam waktu 3 jam dengan criteria hasil :
-          Klien mengeluh nyeri jarang
-          Skala nyeri 4
-          Rileks
-          Selera makan normal
-          Tidak ada bukti nyeri yang diamati
-          Dapat melakukan teknik relaksasi nafas dalam

















Klien akan dapat melaporkan tidak mengalami gangguan dalam waktu 2 x 24 jam dengan criteria hasil :
-          Tidak mengalami gangguan sendi dan otot
-          Bisa berjalan
-          Bisa bergerak dengan mudah
















Klien akan dapat melaporkan deskripsi rasional untuk apendiks dalam waktu 2 jam dengan criteria  hasil :
-               Klien dan keluarga dapat mengidentifikasikan kebutuhan informasi tambahan tentang program terapi
-               Memperlihatkan kemampuan menjelaskan kembali materi yang telah disampaikan

















Klien akan dapat melaporkan kualitas tidur tidak terganggu dalam waktu 1  x 24 jam dengan criteria hasil :
-               Jumlah jam tidur setidaknya 5 jam/24 jam
-                Perasaan segar setelah tidur
-                Terbangun di waktu yang sesuai
7.         Minta klien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 – 10
8.         Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan kemungkinan efek sampingnya.
9.      Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri dan respon klien
10.  Dalam mengkaji nyeri klien, gunakan kata-kata yang sesuai dengan usia dan tingkat perkembangan pasien.
11.  Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan.
12.  Pemberian analgesic : menggunakan agen-agen farmakologi untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri

1.               Kaji kebutuhan terhadap bantuan pelayanan kesehatan di rumah dan kebutuhan terhadap peralatan pengobatan yang tahan lama
2.               Ajarkan klien tentang dan pantau penggunaan alat bantu mobilitas ( misalnya tongkat, walker, kruk atau kursi roda )
3.               Ajarkan dan bantu pasien dan proses berpindah ( misalnya dari tempat tidur ke kursi )
4.               Rujuk ke ahli terapi fisik untuk program latihan
5.               Berikan penguatan positif selama aktifitas
6.               Bantu pasien untuk menggunakan alas kaki anti selip yang mendukung untuk berjalan

1.               Periksa keakuratan umpan balik untuk memastikan bahwa pasien memahami program terapi dan informasi lainnya yang relevan
2.               Penyuluhan individual : tentukan kebutuhan belajar pasien, lakukan penilaian terhadap tingkat pengetahuan pasien saat ini dan pemahaman terhadap materi
3.               Kaji daya belajar pasien
4.               Beri penyuluhan sesuai dengan tingkat pemahaman pasien, ulangi informasi bila diperlukan
5.               Gunakan berbagai pendekatan penyuluhan, redemonstrasi, dan berkaitan umpan balik secara verbal dan tertulis
6.               Beri informasi tentang sumber-sumber komunitas yang dapat menolong pasien dalam mempertahankan program terapi

1.               Tentukan efek samping pengobatan terhadap pola tidur pasien
2.               Pantau pola tidur pasien dan catat hubungan factor-faktor fisik ( misalnya : nyeri/ketidaknyamanan dan berkemih )
3.               Anjurkan klien untuk membatasi asupan cairan di sore hari untuk menurunkan kemungkinan terbangun di malm hari karena ingin berkemih
4.               Bantu klien untuk memilih aktifitas fisik dan social di siang hari yang sesuai dengan kemampuan fungsionalnya ( misalnya berjalan )
5.               Gunakan lampu malam hari untuk keamanan pasien
6.               Pertimbangkan menggunakan pispot di samping tempat tidur untuk digunakan di malam hari meskipun tidak digunakan di siang hari

5.      Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien post operasi appendicitis mengacu pada rencana keperawatan yang sesuai dengan teori Doenges , ME meliputi : mempertahankan istirahat, mendorong ambulasi dini, memberikan intake cairan adekuat, mempertahankan keseimbangan cairan, memberikan informasi tentang prosedur pembedahan/prognosis, kebutuhan pengobatan dan potensial komplikasi, memberikan dukungan dan support, melakukan pencucian tangan yang baik, melakukan perawatan luka secara aseptic dan antiseptik.
Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan – tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan dianjurkan dengan pendokumentasian semua tindakan yang telah dilakukan.

5.   Evaluasi
Fase akhir dari proses keperawatan adalah evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang diberikan. Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Hasil akhir yang diharapkan dari perawatan pasien post operasi appendisitis adalah komplikasi dapat dicegah / minimal, nyeri terkontrol , prosedur bedah/prognosis, program terapi dapat dipahami, kecemasan pada pasien / keluarga dapat berkurang /teratasi, tidak terjadi inekfsi/keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan
Evaluasi ini bersifat formatif, yaitu evaluasi yang dilakukan secara terus menerus untuk menilai hasil tindakan yang dilakukan disebut juga evaluasi tujuan jangka pendek. Dapat pula bersifat sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir semua tindakan yang dilakukan sekaligus disebut juga mengevaluasi tujuan jangka panjang





             BAB 3
            Penutup

3.1       Kesimpulan
Apendisitis adalah peradangan pada apendiks vermiformis dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini mengenai semua umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang laki-laki berusia 10 sampai 30 tahun (Mansjoer, 2000).
Pengkajian pada klien dengan apendiksitis diantaranya adalah sebagai berikut Aktivitas / istirahat dengan gejala malaise, Sirkulasi darah memperlihatkan tanda takikardi, Eliminasi dengan gejala konstipasi pada awitan awal, diare (kadang-kadang) serta tanda distensi abdomen, nyeri tekan/nyeri lepas, kekakuan, penurunan/tidak ada bising usus, Integritas ego dengan gejala perasan cemas, takut marah, apatis, faktor-faktor stress multiple , misalnya finansial, hubungan gaya hidup , disertai dengan  tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan peka rangsang, stimulai simpatis, Makanan / cairan anoreksia , mual/muntah.
Terdapat 4 diagnosa keperawatan pada klien dengan apendiksitis diantaranya adalah sebagai berikut : .  Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis, mobilitas fisik, hambatan berhubungan dengan nyeri, defisiensi pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, Insomnia berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik ( nyeri ).
Perencanaan dibuat sesuai dengan diagnose yang telah ditentukan yang berdasarkan nic dan noc
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada pasien post operasi appendicitis mengacu pada rencana keperawatan yang sesuai dengan teori Doenges , ME meliputi : mempertahankan istirahat, mendorong ambulasi dini, memberikan intake cairan adekuat, mempertahankan keseimbangan cairan, memberikan informasi tentang prosedur pembedahan/prognosis, kebutuhan pengobatan dan potensial komplikasi, memberikan dukungan dan support, melakukan pencucian tangan yang baik, melakukan perawatan luka secara aseptic dan antiseptik.
Pada tahap pelaksanaan yang dilakukan adalah melaksanakan tindakan – tindakan keperawatan yang telah direncanakan dan dianjurkan dengan pendokumentasian semua tindakan yang telah dilakukan.
Evaluasi merupakan akhir dari proses keperawatan. Evaluasi asuhan keperawatan adalah tahap akhir dari keseluruhan tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Hasil akhir yang diharapkan dari perawatan pasien post operasi appendisitis adalah komplikasi dapat dicegah / minimal, nyeri terkontrol , prosedur bedah/prognosis, program terapi dapat dipahami, kecemasan pada pasien / keluarga dapat berkurang /teratasi, tidak terjadi inekfsi/keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan

3.2              Saran – saran

1.                  Penulisan makalah ini dapat menjadi acuan dalam meningkatkan IPTEK Khususnya dalam dalam bidang keperawatan.
2.                  Diharapkan petugas pelayanan kesehatan dapat memberikan asuhan keperawatan sebaik–baiknya kepada klien dan dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan sesuai dengan Standar Asuhan Keperawatan.
3.                  Diharapkan klien maupun keluarga dapat menerapkan Asuhan keperawatan yang telah diberikan sehingga dapat meningkatkan taraf hidup lebih sehat dan lebih optimal.











DAFTAR PUSTAKA

Wikinson, Judith M, 2012, Buku saku Diagnosa Keperawatan edisi 9,  EGC, Jakarta

 Linda Juan,  2000, Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC, Jakarta
.
Doenges, Marlynn, E, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi III, EGC, Jakarta.

Betz, Cecily L, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatri, Edisi 3. Jakarta: EGC

 www. harnawatiarjwordpress.com diakses tanggal 15 November 2012

Syamsuhidayat. R & De Jong W. 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2 .Jakarta : EGC.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar